KHARISMA





By : NHR


Pukul 10.00 WIB

“tut…tuutt….”, suara kereta yang baru saja datang menghiasi suasana stasiun kecil di sebuah perkampungan yang masih asri itu. suaranya menambah bising suara yang ditimbulkan oleh para calon penumpang di stasiun itu. sebagian penumpang di dalam kereta bergegas turun, sebelum kereta itu menuju tujuan selanjutnya. Sedangkan para calon penumpang yang telah menunggu sedari tadi berebut naik sebelum peluit dibunyikan, tanda kereta melanjutkan perjalanannya.

Akhirnya kereta itupun berangkat, meninggalkan stasiun dengan suara khasnya. Nampak seorang gadis dengan anggun berjalan menuju ruang tunggu dengan beberapa tas yang lumayan besar. Sudah bisa ditebak kalau dia telah menempuh perjalanan jauh untuk waktu yang lama. Lalu iapun duduk di salah satu kursi tunggu dan menegeluarkan ponselnya. Tampaknya ia menghubungi seseorang.

Pukul 12.00 WIB

Matahari makin terik dan udara semakin panas. Waktu berlalu dan gadis itu tetap pada tempatnya. Duduk dengan anggun dan tenang di sebuah kursi tunggu. Air minum yang telah dibelinya tadi hampir habis, tapi tak jua ada yang menjemputnya.

Seorang laki-laki kira-kira berusia 18 tahun mengendarai sepeda motor menuju sebuah stasiun kecil itu dengan sedikit kencang. Ia parkir sepeda motornya di bawah pohon rambutan di depan stasiun. Ia turun dan masuk ke dalam stasiun. Seperti mencari seeorang, namun tak menemukannya. Maka ia putuskan untuk kembali pulang. Namun saat melewati barisan kursi tunggu, ia berhenti di depan gadis yang tengah asyik membca buku. “ Maaf,….Mbak Risma ya?”, sambil tersenyum. Gadis itu sedikit terkejut, “Em..e…maaf?”. lalu laki-laki itu berucap, “ini Roni Mbak. Masih ingat kan?”. “Oh…Roni, iya-iya…ingat. Tapi….”, belum selesai berbicara, Roni langsung memotong, “ Saya dimintai tolong sama ibu untuk menjemput sampean. Maaf tadi pasti mbak Risma lama menunggu. Soalnya tadi saya dari sawah, baru pulang langsung dipanggil sama ibu. Di rumah sedang tidak ada orang mbak, mas Iwan sedang mengajar dan bapak lagi di kelurahan”. Lalu Risma menjawab sambil tersenyum,” Iya tak apa, terimakasih”. Lalu keduanya pulang menuju rumah Risma dengan sepeda motor tadi.

Di tengah perjalanan, mereka terlihat sedikit berbincang-bincang. “ Bagaimana keadaan sampean Mbak?”, Roni mengawali pembicaraan. Risma menjawab,” Alhamdulillah baik, kamu sendiri bagaimana? Mbak dengar bapakmu meninggal beberapa waktu lalu?”

“ iya mbak. Tapi Alhamdulillah setelah kepergian bapak, saya diurus sama keluarga sampean. Saya benar-benar berhutang budi mbak”

“ tak usah merasa seperti itu, dari dulu kan keluarga kita memang sudah seperti saudara. Jadi ya wajar saja”. Sepeda motor itu terus melaju dengan membawa penumpangnya. Menyusuri jalanan kecil desa yang masih terasa asri di sudut kota semarang. Dalam hati Risma berkata, “Akhirnya kupijakkan kakiku disini lagi”. Terlihat dari wajahnya seulas senyum kelegaan yang begitu menawan. Risma, tetaplah tersenyum.




*** to be continued....

2 komentar:

Mr.Randy mengatakan...

dua post terakhir keknya ada rada2 gimana gitu dengan blog q hehe :) anyway tulisannnya bagus ,tapi terlalu panjang dan gak ada variasi tata letaknya, coba kalo dirapikan pasti lebih enak bacanya

ISTIQOMAH | Istana Ilmu Penyejuk Qolbu mengatakan...

hhe kan inspirasinya dari blognya mas n dari blognya urang-kurai juga hhe. untuk variasi tata letaknya belum ada ide mas hhe. mohon bantuannya yaa mas hhe :-)

Posting Komentar

Copyright © 2012 ISTIQOMAH / Template by : Urangkurai