“Bangunlah Mimpi Setinggi Langit Lalu Terbanglah Menggapainya"
Judul buku : Negeri 5 Menara
Penulis : A. Fuadi (FLP Jakarta)
Penerbit : GramediaPustakaUtama
Tahun :2009
Tebal : 416 Halaman
ISBN : 9780979-22-4861-6
Harga : Rp 50.000,00
Penulis : A. Fuadi (FLP Jakarta)
Penerbit : GramediaPustakaUtama
Tahun :2009
Tebal : 416 Halaman
ISBN : 9780979-22-4861-6
Harga : Rp 50.000,00
Buku ini akan membuka kembali kenangan kita warga CSS MoRA tentang kehidupan di pondok yang penuh suka cita, tentang budaya santri dan semua perjuangan kita hingga sampai di sini. Berkisah tentang upaya keras enam orang santri di sebuah pondok pesantren dalam menggapai obses dan cita-cita besar mereka. Setelah menghadapi kegiatan belajar-mengajar yang sedemikianpadatdan aturan-aturan kedisiplinan ekstra ketat di Pondok Madani (PM), Alif (Padang), Atang (Bandung), Raja (Medan), Dulmajid (Sumenep), Said (Mojokerto), dan Baso (Gowa) bersembunyi di bawah menara masjid PM, membangun mimpi-mimpi masa depan dengan mantra ampuh yang sama-sama mereka percayai.. man jaddawajada (siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan sukses).
Alif tidak pernah mengira bahwa dirinya akan jadi santri PM yang disebut-sebut telah mencetak banyak ulama dan intelektual muslim itu. Sebab, sejak kecildia ingin menjadi ''Habibie''. Namun, ibunda Alif menginginkan anaknya mewarisi keulamaan Buya Hamka, ulama kondang yang lahir dan besar tidak jauh dari Bayur, tanah kelahiran Alif.
Hanya beberapa bulan waktu berbicara dengan Bahasa Indonesia bagi santri-santri baru di PM, setelah itu mereka wajib berbicara dalam bahasa Arab atau bahasa Inggris. Bila aturan dilanggar, ganjarannya tidak main-main. Bila tidak digunduli, sekurang-kurangnya bakal dapat jeweran berantai. Bahkan, bila pelanggarannya berat, santri bisa dipulangkan. Saking kerasnya kemauan para sahibul menara untuk menguasai percakapan dalam dua bahasa asing tersebut, igauan dalam tidur mereka pun terungkap dalam bahasa Arab.Namun jiwa muda mereka tetap bergejolak berbagai alasan yang sengaja dirancang sahibul-menara agar mereka memperoleh izin keluar PM, bersepeda mengelilingi Kota Ponorogo, dan tak lupa melintas di pintu gerbang pesantren putri, sekadar ''nampang''.
Kisah ini disudahi pengarang dengan reuni bersejarah di Trafalgar Square, London, setelah 15 tahun masa-masa sulit di PM berlalu Alif (Washington DC), Atang (Kairo), dan Raja (London) yang bertemu pada sebuahkonferensi di London tidak pernah terbayangkan sebelumnya? Mereka tak pernah menyangka para sahibul-menara bakal menggenggam impian masing-masing.
Banyak hikmah yang dapat dipetik dari buku yang dibuat berdasarkan kisah nyata ini. Ingatkah dulu kita juga bermimpi bisa berada di universitas negeri dan saat ini kita mampu meraihnya. Perjuangan kita belum usai, jangan sia-siakan hari ini danmulailah membangun mimpi-mimpi baru. Bangunlahsetinggi-tingginya bagai menara yang menantang langit, tunjukan pada dunia santri bisa berprestasi. Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar lagi Maha Penyayang.
Orang berilmu dan beradab tak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, maka engkau akan menemukan pengganti dari kerabat dan sahabatmu. Bersakit-sakitlah, maka manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. (Imam Syafii)
3 komentar:
waaah, belum perbah baca nih... ada yang punya, new.ilih dong...
saya punya..^^
skrg lagi dibawa mas ramzi dam.. bisa diambil di blok E206
waaaah....
Posting Komentar